Wednesday, November 28, 2018

Rangkuman Modul 5 Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan PDGK 4306


KEGIATAN BELAJAR 1
PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA AKSARA

Keaksaraan merupakan keadaan mengenai aksara yang meliputi membaca, menulis, berhitung dan berkomunikasi secara fungsional yang memungkinkan seseorang untuk secara terus menerus mengembangkan kompetensinya sehingga dapat meningkatkan mutu dan taraf kehidupannya.

A.    TINGKAT KEAKSARAAN FUNGSIONAL
Kegiatan pembelajaran untuk warga belajar (WB) dilakukan juga seperti kegiatan pembelajaran di sekolah formal yang mengacu pada standar kompetensi keaksaraan fungsional dikembangkan berdasarkan  tingkatan yang ingin dicapai masyarakat.
1.      Tingkat Keaksaraan Dasar
Warga Belajar belum mengenal semua huruf, merangkai kata, mengerti arti sebuah kalimat dengan jelas, meskipun belum bisa menulis, membaca, berhitung tetapi sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang didapat dalam kegiatan sehari-hari.
2.      Tingkat Keaksaraan Lanjutan
Warga Belajar sudah dapat membaca dan menulis sederhana, tetapi masih belum lancar. Walaupun sudah memiliki pengetahuan tetapi belum memiliki semua kemampuan fungsional.
3.      Tingkat Keaksaraan Mandiri
Warga belajar sudah mempunyai sikap untuk terus belajar secara mandiri untuk memecahkan masalah keaksaraan untuk mencari informasi untuk mengembangkan kemampuannya.

B.     PRINSIP DAN STRATEGI PEMBELAJARAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL
Pendekatan yang digunakan dalam keaksaraan fungsional mempunyai empat prinsip utama, yaitu sebagai berikut :


1.      Konteks Lokal
Pembelajaran keaksaraan fungsional ini dikembangkan berdasarkan  konteks lokal. Artinya, kegiatannya mengacu pada konteks sosial lokal dan Kebutuhan khusus dari setiap Warga Belajar dan masyarakat sekitarnya. Tujuannya adalah untuk mencari dan mengumpulkan informasi tentang potensi, masalah-masalah, dan sumber-sumber pemecahannya sesuai dengan situasi, kondisi, dan pekerjaan Warga Belajar.
2.      Desain Lokal
Tutor bersama Warga Belajar perlu merancang sendiri kegiatan belajamya di kelompok belajar berdasarkan minat, kebutuhan, masalah, kenyataan, dan potensi setempat. Rancangan kegiatan belajamya (kurikulum) harus fleksibel, mudah dimodifikasi, diganti, dan ditambah sehingga sesuai dengan minat, kebutuhan, kesepakatan, situasi, dan kondisi Warga Belajar.
3.      Proses Partisipatif
Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pemberantasan buta aksara dengan menggunakan pendekatan keaksaraan fungsional harus dilakukan berdasarkan strategi partisipatif. Oleh sebab itu, sebagai tutor perlu melibatkan Warga Belajar secara aktif dalam setiap tahap kegiatan pembelajaran di kelompok belajar.

4.      Fungsionalisasi Hasil Belajar
Hasil yang diharapkan dari proses pembelajaran tersebut adalah Warga Belajar dapat memfungsikan keaksaraannya untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam rangka meningkatkan mutu dan taraf hidupnya. Berikut ini adalah beberapa contoh perkiraan hasil program keaksaraan fungsional, di antaranya WB dapat :
a.       Memanfaatkan kemampuan bacanya untuk memperoleh informasi dan ide-ide baru;
b.      Memanfaatkan keterampilan menulisnya untuk menggambarkan pengalaman, peristiwa-peristiwa, kegiatan yang dilakukan, membuat rencana, dan menulis proposal;
c.       Memanfaatkan keterampilan berhitungnya untuk mengatur keuangan, menentukan batas dan melakukan penghitungan-penghitungan yang berkaitan dengan tugasnya sehari-hari, dan menghitung banyaknya sumber-sumber atau masalah;
d.      Berdiskusi dan menganalisis masalah dan sumber-sumber, atau potensi yang ada di lingkungannya;
Mencoba ide-ide baru yang dipelajari dari bahan bacaan, dapat menulis dengan benar, menganalisis dan berdiskusi, dan dapat melaksanakan kegiatan belajamya secara mandiri.

C.    TOLOK UKUR KEBERHASILAN PEMBELAJARAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL
Program keaksaraan fungsional bertujuan untuk membantu Warga Belajar mengembangkan kemampuan fungsional yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut kemampuan yang menjadi tolok ukur keberhasilannya berdasarkan tujuan :
1.      Kemampuan Fungsional untuk Keperluan Individu
Kemampuan Fungsional ini berkaitan mendukung keperluan pribadi,
a.       Membaca dan menulis nama dan alamat
b.      Membaca rambu-rambu lalu lintas
c.       Membaca surat-surat
d.      Membaca label/instruksi/petunjuk
e.       Menggunakan buku telepon
f.        Membaca rekening listrik, telepon
g.      Membaca peta dan pengumuman
h.      Membaca dan menulis daftar belanja
i.        Membaca kalender dan Membaca teks di televisi
j.        Membaca resep makanan/menu makanan
k.      Menulis kuitansi
l.        Membaca informasi yang berhubungan dengan kesehatan
m.    Mengisi formulir
n.      Membaca/menulis surat pribadi
o.      Membaca surat kabar
p.      Membaca majalah, koran
q.      Menggunakan kamus
r.        Meningkatkan kemampuan tulisan tangan

2.      Kemampuan Fungsional untuk Membantu Anak-anaknya
Kemampuan fungsional ini berkaitan dengan keperluan membantu anak-anaknya, seperti :
a.       Membacakan suatu bahan bacaan sederhana kepada anak-anak/cucu;
b.      Membantu pekerjaan rumah (PR) anak-anaknya;
c.       Menuliskan surat untuk keperluan sekolah anak-anaknya;
d.      Berpartisipasi di sekolah yang berhubungan dengan pertemuan-pertemuan dan acara lainnya;
e.       Membaca dan menulis catatan/surat dari dan untuk sekolah.
3.      Kemampuan Fungsional untuk Aktualisasi Diri
Kemampuan membaca dan menulis fungsional yang harus dikuasai seperti Warga Belajar, anatara lain :
a.       Membaca buku hiburan (petualangan, misteri, roman, sejarah, dan buku-buku tentang masyarakat);
b.      Membaca buku-buku untuk mendapatkan informasi (kisah nyata, pekerjaan, anak-anak, kesehatan, agama, hobi, hiburan);
c.       Menulisuntuk keperluan diri sendiri (seperti catatan harian, pengalaman diri, nasihat, pendapat, laporan yang pernah dibacanya, riwayat hidup, cerita-cerita, sajak, syair lagu).
4.      Kemampuan Fungsional Berkaitan dengan Pekerjaan
Bahan belajar yang dapat dimanfaatkan berkaitan dengan pekerjaan, misalnya :
a.       Memanfaatkan bahan bacaan untuk menemukan pekerjaan yang diinginkan;
b.      Bahan bacaan untuk meningkatkan pekerjaannya atau untuk membuka usaha;
c.       Membaca dan menulis catatan-catatan atau surat dari dan atau ke relasi kerja;
d.      Membaca atau menulis laporan pekerjaan laporan pekerjaan, tabel, pengumuman;
e.       Mengisi lembar permohonan, buku tabungan, kuitansi, nota pembelian, kartu kebutuhan belajar;
f.        Partisipasi di dalam pertemuan yang berhubungan dengan pekerjaan, catat-mencatat.




5.      Kemampuan Fungsional Berkaitan dengan Sosial Kemasyarakatan
Kemampuan fungsional ini berkaitan dengan aktivitas sosial kemasyarakatan, seperti :
a.       Membuat permohonan KTP;
b.      Membaca persetujuan/kontrak;
c.       Permohonan kartu perpustakaan;
d.      Ikut serta dalam pertemuan masyarakat/pertemuan agama;
e.       Ikut serta dalam kelompok untuk memecahkan masalah;
f.        Membuat pengumuman dan selebaran; dan
g.      Mengikuti pemilu
6.      Kemampuan Fungsional Berkaitan dengan Pendidikan
Kemampuan fungsional ini, misalnya dilihat dari aktivitas Warga Belajar dalam kegiatan :
a.       Menghadiri program khusus/penyuluhan;
b.      Menghadiri pertemuan; guna mempelajari sesuatu yang baru (hobi, peningkatan diri);
c.       Mengikuti tes sehubungan dengan pekerjaan.
7.      Kemampuan Fungsional Berkaitan dengan Pengelolaan Kelompok Belajar
Beberapa contoh perkiraan hasil program keaksaraan fungsional ini, di antaranya Warga Belajar dapat :
a.       Membuat rencana dan kesepakatan belajar;
b.      Menulis catatan harian tentang kegiatan  yang dilakukan;
c.       Membuat pembukuan dan mengelola dana belajar;
d.      Membaca bahan  bacaan lain yang diperlukan;
e.       Menulis laporan sederhana;
f.        Membuat rencana dan melaksanakan kegiatan belajar bersama;
g.      Mengikuti program kelompok belajar usaha (KBU);
h.      Menulis proposal untuk memperoleh dana, bahan, atau narasumber dari instansi lain;
i.        Menulis berbagai formulir sederhana, seperti membuka rekening di bank, mengirim uang melalui kantor pos;
j.        Melaksanakan kegiatan-kegiatan usaha keterampilan.


D.    PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELOMPOK BELAJAR
Efektivitas kegiatan belajar sangat bergantung pada kemampuan tutor dalam mengorganisasi dan membimbing Warga Belajar dalam kegiatan belajarnya. Pengalaman menunjukkan bahwa kegiatan menulis perlu didahulukan dari pada kegiatan membaca. Karena melalui kegiatan belajar menulis, Warga Belajar sedikit demi sedikit langsung belajar membaca. Sebaliknya, apabila mereka didahulukan belajar membaca, maka cenderung kurang terampil dalam hal menulis.
I.                   Strategi Pengelolaan Diskusi
Diskusi merupakan salah satu metode pembelajaran efektif dalam program keaksaraan fungsional yang harus diterapkan di kelompok belajar. Tujuannya adalah membuka pikiran Warga Belajar dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menggunakan pengetahuannya.
II.                Strategi Pembelajaran Membaca
1.      Prinsip-prinsip Membaca
Warga Belajar mempunyai kemampuan mengenal dan mengucapkan huruf atau kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Cara Memilih Bahan Bacaan
Sumber bahan bacaan sesuai dengan minat kebutuhan, serta yang biasa digunakan Warga Belajar dalam kehidupan sehari-harinya.
3.      Cara Membantu Warga Belajar Buta Huruf Murni Melalui Pendekatan Pengalaman Berbahasa (PPB)
Dalam satu kelompok belajar biasanya ada sebagian Warga Binaan yang benar-benar buta huruf murni. Kemudian, mereka tidak pernah menggunakan kemampuan baca, tulis, dan hitungnya dalam waktu yang cukup lama sehingga mereka buta aksara kembali. Tutor dapat membelajarkan mereka melalui teknik pendekatan pengalaman berbahasa (PPB).
4.      Cara Membantu Warga Belajar Membaca
a.      Kegiatan pembelajaran
b.      Langkah-langkah pembelajaran
c.       Mengingat huruf
d.      Belajar kata (bahasa Indonesia/bahasa Ibu)
e.       Membaca lancar
f.        Menjelaskan/mengartikan gambar/informasi pada Warga Belajar
g.      Mencari bahan bacaan
h.      Membuat catatan
III.             Strategi Pembelajaran Menulis
1.      Kegiatan pembelajaran untuk merangsang diskusi
2.      Membentuk kelompok menulis
3.      Tutor melatih Warga Belajar yang mampu
4.      Prinsip-prinsip membantu Warga Belajar menulis
5.      Cara menggunakan hasil tulisan Warga Belajar
6.      Menerbitkan hasil tulisan Warga Belajar
7.      Merangsang Warga Belajar menganalisis situasi
IV.             Strategi Pembelajaran Berhitung
1.      Mengamati Kegiatan Berhitung
2.      Prinsip-prinsip berhitung
V.                Strategi Pembelajaran Aksi/Keterampilan
Belajar aksi fungsional/keterampilan adalah cara membelajarkan Warga Belajar untuk ikut berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, seperti kegiatan praktik, kunjungan lapangan, membuat jaringan kerja, membuat rencana dan membuat proposal dana belajar, menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari. berikut beberapa contoh yang berkaitan dengan belajar aksi fungsional tersebut :
1.      Membuat jaringan kerja
2.      Keterampilan fungsional
3.      Membuat proposal dana belajar
4.      Proses membuat rencana untuk memperoleh dana belajar

E.     PENILAIAN PEMBELAJARAN
Tahapan penilaian yang dikembangkan dalam program pemberantasan buta aksara dengan menggunakan pendekatan keaksaraan fungsional terdiri atas penilaian awal, penilaian proses, dan penilaian hasil belajar.
I.                   Tahap Penilaian Sebelum Kegiatan Pembelajaran
Penilaian tahap ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan awal Warga Belajar baik aspek keterampilan CALISTUNG dasarnya maupun minat dan kebutuhan.
II.                Tahap Penilaian Selama Kegiatan Pembelajaran
1.      Menilai kemajuan Warga Belajar
2.      Menilai kemajuan kelompok belajar
III.             Tahap Penilaian Setelah Kegiatan Pembelajaran
Penilaian setelah pembelajaran pada intinya adalah untuk mengetahui hasil kemampuan Warga Belajar dan proses pembelajaran di kelompok belajar.



KEGIATAN BELAJAR 2
PROGRAM PENGEMBANGAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT
Program pendidikan dalam masyarakat lainnya yang masih berhubungan dengan program pemberantasan buta aksara adalah Taman Bacaan Masyarakat yang diharapkan dapat mewujudkan masyarakat gemar belajar dengan gemar membaca.

A.    LATAR BELAKANG, PENGERTIAN, DAN TUJUAN TBM
Dengan mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 26 ayat (4), tercantum bahwa satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, Majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Dalam kaitan dengan TBM, hal mendasar yang pertama harus tutor ketahui adalah latar belakang, pengertian, dan tujuan yang akan dicapai melalui TBM.
1.      Latar Belakang
Program TBM telah dimulai sejak tahun 1992/1993. Kehadiran TBM merupakan pembaharuan dari Tanab Pustaka Rakyat (TPR) didirikan oleh Pendidikan Masyarakat pada tahun lima puluhan. Program TBM ini bertujuan untuk meningkatkan minat baca dan budaya baca masyarakat. Oleh karena itu, bertujuan untuk meningkatkan minat baca dan budaya baca masyarakat.
2.      Pengertian
TBM merupakan sebuah lembaga yang menyediakan bahan bacaan yang dibutuhkan oleh masyarakat sebagai tempat penyelenggaraan pembinaan kemampuan membaca dan belajar. Selain itu, TBM juga merupakan tempat yang digunakan sebagai tempat untuk mendapatkan informasi bagi masyarakat, khususnya yang bersumber dari bahan pustaka.
karena pentingnya TBM ini, diperlukan seorang pengelola, dan tutor dapat menjadi pengelola TBM. Mereka yang menjadi pengelola adalah memiliki dedikasi dan kemampuan teknis dalam mengelola dan melaksanakan layanan kepustakaan kepada masyarakat. Dengan kata lain, mr pengelola TBM adalah orang yang benar-benar memiliki kesadaran dan tanggung jawab dalam memberikan layanan bahan pustaka.



3.      Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya kegiatan TBM adalah membangkitkan dan meningkatkan minat baca sehingga tercipta masyarakat yang cerdas, mempunyai taraf hidup yang baik, dan pemberantas buta aksara.

B.     FUNGSI DAN MANFAAT TAMAN BACAAN MASYARAKAT
Berkenaan dengan fungsi dan manfaat TBM, ada hal yang seyogianya dipahami bersama bahwa pada hakikatnya fungsi dan amanat yang ada merupakan satu indikator yang harus diperhatikan ketika memberdayakan warga masyarakat melalui TBM. Indikator yang ada menunjukkan bahwa upaya pemberdayaan minat baca melalui program ini hendaknya dapat dilakukan semaksimal mungkin. Adapun fungsi dan manfaat tersebut adalah sebagai berikut
1.      Fungsi
TBM berfungsi sebagai sarana pembelajaran bagi masyarakat, sara hiburan dan pemanfaatan waktu secara efektif dengan memanfaatkan bahan-bahan bacaan dan sumber informasi lain.
2.      Manfaat
TBM bermanfaat bagi masyarakat dalam hal menumbuhkan minat, kecintaan, dan kegemaran membaca, memperkaya ilmu pengetahuan, dan meningkatkan taraf hidup.

C.    ORGANISASI DAN MANAJEMEN TAMAN BACAAN MASYARAKAT
TBM memiliki organisasi dan manajemen agar program kerja yang ditetapkan dapat berjalan dengan baik dan sesuai harapan masyarakat. Struktur organisasi yang ada dikolaborasikan dengan manajemen (pengelolaan) yang dapat dipertanggungjawabkan, mulai dari biaya penyelenggaraan, koleksi, perlengkapan, ruang TBM, dan tenaga pengelola.
1.      Biaya Penyelenggaraan
Biaya Penyelenggaraan TBM terdiri atas sumber dana dan anggaran dan diperoleh dari swadaya masyarakat, pemerintah, swasta, organisasi kemasyarakatan, dan sumbangan lain yang tidak mengikat.



2.      Koleksi
Jumlah koleksi TBM minimal 300 judul, terdiri atas buku, majalah, surat kabar, leaflet, dan bahan audiovisual yang semua ini diharapkan dapat mengembangkan dan menumbuhkan minat baca masyarakat.
3.      Perlengkapan
Sarana dan prasarana yang harus mendukung TBM minimal memiliki perlengkapan/mebeler yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan setiap TBM.
4.      Ruang TBM
Ruang TBM merupakan ruangan yang diperuntukan bagi sejumlah koleksi sebagaimana telah dipaparkan dalam subbab perlengkapan sesuai dengan kebutuhan TBM.
5.      Tenaga Pengelola
Fasilitas TBM dalam tenaga pengelola merupakan komponen utama dalam kegiatan TBM. Perkembangan dan pembinaan serta pemberdayaan TBM banyak ditentukan oleh kemampuan tenaga pengelolanya.

D.    UPAYA PEMBINAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT
Upaya pembinaan TBM perlu dimaknai sebagai salah satu rangkaian kegiatan yang harus dilakukan. Upaya pembinaan ini dimaksudkan agar manfaat yang diperoleh melalui kegiatan TBM ini dapat terus lebih ditingkatkan Iagi. Harus diingat bahwa salah satu sasaran TBM adalah warga masyarakat belajar yang semula buta aksara sehingga kalau kemampuan baca yang dimilikinya tidak dijaga tidak menutup kemungkinan akan lupa. Untuk meningkatkan dan merevitalisasi kegiatan TBM yang telah ada saat ini, diperlukan tindakan nyata dari semua pihak, baik pemerinlah pusat, provinsi, maupun daerah, dan juga swasta.
Sebagai Mahasiswa PGSD atau tutor yang aktif sebaiknya memberikan semangat dan perhatian agar TBM yang ada tetap eksis, menjadi rutinitas masyarakat gemar membaca untuk menambah ilmu pengetahuan, dan menaikan taraf hidup masyarakat yang madani.






KEGIATAN BELAJAR 3
PROGRAM PEMBINAAN KEPEMUDAAN
A.    LATAR BELAKANG PERLUNYA LEMBAGA KEPEMUDAAN
Berlakukannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah Daerah, terjadi perubahan yang mendasar dalam bidang pemerintahan, dari pemerintahan yang bersifat sentralistik ke desentralisasi.  Pemerintah daerah memiliki peran yang sangat besar sehingga memerlukan sumber daya yang berkualitas, berpotensi dalam pembangunan, kreatifitas, dan meningkatkan potensi agar sumber daya yang ada di suatu daerah dapat dikelola dengan baik melalui pembelajaran (informal, formal, dan nonformal).

B.     PROFIL PEMUDA INDONESIA
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pemuda yang berusia antara 15-35 tahun. Berdasarkan Susenas 2003, sekitar 2% tidak pernah sekolah, 16% masih sekolah dan 82% sudah tidak bersekolah lagi dikarenakan adanya banyak faktor permasalahan yang muncul dalam kehidupan manusia. Terkait menyikapi permasalahan tersebut pemerintah berupaya meningkatkan peran pemuda dalam pembangunan dengan berbagai kebijakannya. Peran  partisipasi pemuda dalam pembangunan dapat ditingkatkan dengan cara :
Ø  Mewujudkan keserasuan kebijakan pemuda di berbagai bidang pembangunan
Ø  Memperluas kesempatan memperoleh pendidikan dan keterampilan
Ø  Meningkatkan peran serta pemuda dalam pembangunan sosial, politikm ekonomi, budaya, dan agama
Ø  Meningkatkan potensi pemuda dalam kewirausahaan, kepeloporan, dan kepemimpinan dalam pembangunan
Ø  Melindungi segenap generasi muda dari bahaya penyalahgunaan obat terlarang, minuman keras, penyebaran penyakit HIV/AIDS, dan penyakit menular lainnya.

           
1.      Lembaga Kepemudaan
Lembaga atau institusi menurut Auki (2001), memiliki ciri-ciri si yang berhierarki dengan sifat hubungannya yang komplementarian. Lembaga kepemudaan memilik peran utama dalam pembangunan apabila dilihat sektor publik. Peran sektor publik pada dasamya terdiri dari peran-peran :
a.       Memonitoring kebijakan pemerintah dan swasta
b.      Data assessment
c.       Pendidikan masyarakat dan penyebaran informasi.

Peran lembaga kepemudaan, perlu ada upaya dalam rangka pengembangan lembaga kepemudaan sehingga dapat berkembang sesuai dengan dinamika lingkungan sosial dan lingkungan lainnya. Ada 6 faktor penentu agar lembaga kepemudaan dapat memiliki daya tanggap terhadap lingkungannya, meliputi:
a.       Hukum dan kebijakan organisasi;
b.      Organisasi dan sumber daya manusia;
c.       Anggaran lembaga kepemudaan;
d.      Infrastruktur;
e.       Pengetahuan dan teknologi;
f.        Peningkatan infrastruktur sistem informasi.

Adanya instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, maupun organisasi masyarakat (Ormas) dengan berbagai program. Instansi Pemerintah melakukan pembinaan terhadap pemuda antara lain :
a.       Subdinas Pendidikan dan Olahraga
b.      Subdinas Pendidikan Luar Sekolah
c.       Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
d.      Dinas Sosial
e.       Badan Bina Kesatuan Bangsa
f.        Masyarakat


2.      Program Pembinaan Pemuda
Dalam meningkatkan peran dan partisipasi pemuda dalam pembangunan, Berbagai pihak yang berkompeten menangani masalah kepemudaan dapat menciptakan program-program, sehingga para pemuda dapat berpartisipasi diberbagai bidang pembangunan; memiliki keterampilan yang memadai; dapat berperan dalam pembangunan sosial, politik, ekonomi, budaya dan agama; memiliki potensi dalam kewirausahaan, kepeloporan dan kepemimpinan; dan terlindungi dari bahaya penyalahgunaan obat, minuman keras, penyebaran penyakit HIV/AIDS, dan penyakit menular lainnya.

3.      Subdinas Pemuda dan Olahraga
Adalah instansi pemerintah di bawah Dinas Pendidikan secara khusus bertugas melakukan pembinaan terhadap pemuda baik sekolah maupun tidak. Program-program yang dapat ditawarkan dari lembaga ini antara lain :
a.       Pembinaan dan Peningkatan Partisipasi Pemuda, bertujunan meningkatkan kualitas pemuda sebagai insan pelopor, penggerak pembangunan dan SDM.
b.      Perlindungan Pemuda dari penyalahgunaan Obat Terlarang, bertujuan untuk membebaskan pemuda dari bahaya narkoba, HIV/AIDS, minuman keras, dll

4.      Subdinas Pendidikan Luar Sekolah
Instansi ini memberikan pelayanan pendidikan terhadap masyarakat yang tidak memiliki kesempatan sekolah yang disebabkan berbagai hal, melalui kejar paket A, B dan C. Disamping melakukan kegiatan yang bersifat produktif tersebut diperuntukan pada masyarakat yang sudah lanjut usia sekolah tetapi tidak memiliki pendidikan formal dari tingkat SD sampai SMA.

5.      Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Instansi pemerintah yang bertugas menangani ketenagakerjaan dan perpindahan/penataan penduduk yang daerah kerjanya meliputi satu daerah tingkat II. Program-program yang diluncurkan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan lingkup tugas, wewenang dan tanggung jawabnya. Program-program yang dapat dilakukan berkaitan dengan peningkatan kualitas tenaga kerja antara lain :
a.       Pelatihan Processing Hasil pertanian
b.      Pelatihan Teknologi Padat Karya
c.       Pelatihan  Keterampilan Elektronik dan Otomotif

6.      Dinas Sosial
Peran Dinas Sosial dalam penanganan masalah kepemudaan adalah meningkatkan kemampuan dan peran pemuda melalui karang taruna. Karang taruna didirikan dengan tujuan memberikan pembinaan kepada para remaja, terutama yang putus sekolah dan menganggur. Program pendidikan yang dapat ditawarkan melalui lembaga karang taruna antara lain:
a.       pelatihan di bidang elektronik;
b.      pelatihan kerajinan tangan;
c.       pelatihan memasak dan menjahit;
d.      kegiatan di berbagai bidang olahraga;
e.       pendidikan kesenian.

Pemilihan program dan cara pelaksanaan program disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah setempat.
a.       Badan Bina Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat
Bertugas mengurusi keberadaan lembaga kepemudaan di daerah tingkat II.
b.      Perencanaan Program Pelatihan Pemuda yang disesuaikan dengan kemampuan dan sumber daya manusia yang tersedia untuk menciptakan program yang sesuai dengan situasi dan kondisi daerah.

Rangkuman Modul 5 Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan PDGK 4306

KEGIATAN BELAJAR 1 PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA AKSARA Keaksaraan merupakan keadaan mengenai aksara yang meliputi membaca, menulis, be...